4. Asal usul nama kota Pagar Ruyung
Klik
Kembali ke Bag. 3
Setelah peristiwa itu, raja akhirnya memiliki lima orang anak, dua putra dan tiga putri. Anak sulung di beri namaYang Dipertuan Rajah Puti,5.) dan adiknya di beri nama Yang Dipertuan Sultan Mansur Syah. Kelima anak raja tumbuh dewasa. Kemudian putra sulung masuk ke daerah pedalaman dengan menyusuri aliran sungai sehingga ia tiba di sumber mata airnya, ia kemudian naik bukit-bukit, dan turun di sisi lain dari bukit, kemudian melewati hutan dan tiba di Air Hitam.6.) dan menetap di sana.
Atas kehendak Tuhan, dan telah tiba waktunya Rajah Puti meninggal dunia di Air Hitam. Seiring berjalannya waktu raja dan ratu juga akhirnya meninggal dunia, dan iya di gantikan oleh putranya Yang Dipertuan Mansur Shah. Dalam beberapa masa pergantian raja berjalan dengan damai. Hingga pada masa Allah Uddeen Shah menjadi raja, dia tak mempunyai anak meskipun sudah menikah dalam waktu yang lama. sehingga dia sering merasa perasaan tertekan.
Suatu hari raja melihat seorang perempuan tidur dengan enam anak anjing yang masih menyusui, dan tiba tiba ada datang ular kecil dan berusaha untuk menggigit anak anjing tersebut. Anak anak anjingitu berdiri dan menggonggong menangkapnya ular tersebut, ada yang di kepala kepala, ada yang menggigit bagian tengah badan ular, dan ada yang di bagian ekor ekor ular sehingga ular tersebut terbunuh.
Ketika raja melihat ini tindakan anak-anak anjing, ia mulai berpikir sangatlah baik bila memelihara anak anak anjing tersebut untuk menjaga dirinya dari serangan ular yang sangat beracun.
Rajah sangat sedih sampai meneteskan air mata, karena menyadari bahwa ia tidak dikaruniai anak. Kemudian ia mengambil anak anjing yang telah membunuh ular itu, dan memperlakukan mereka sebagai seorang anak bersama dengan enam jenis hewan lain. Semua hewan hewan itu berkelamin betina yang mau tumbuh remaja dan raja memperlakukan mereka seperti manusia.
Raja kemudian pergi dan bertapa, dia memohon penuh belas kasihan agar di karunia anak oleh Tuhan, dan memohon pula hewan-hewan yang ia pelihara berubah menjadi manusia. Atas ijin Allah, Tuhan mengabulkan semua permohonannya. Dia memiliki seorang anak, seorang putri, dan semua hewan muda berubah menjadi manusia, dan mereka semua sangat mirip dalam penampilan dengan anak raja yang asli, dan raja sangat menyukai mereka. Setelah itu raja dikaruniai seorang putra, yang diberi nama oleh ayahnya Sri Sultan Shah Ain.
Kecantikan dan ketampanan anak-anak raja akhirnya dikenal ke seluruh dunia, dan dan berita ini terus menyebar hinga ke Jawa atau negara Mataram.7.) Putra dari Susunan Mataram yang bernama Radin Tumongong Sura Sari meminta izin untuk meninggalkan orang tuanya dan ingin melakukan perjalanan, karena ia sangat berkeinginan menyunting Putri dari Pulo Percha. Sultan Mataram memberikan ijin putranya pergi; dan Radin Tumongong berlayar ke Bukit Saguntang-guntang Penjaringan, dengan diikuti Pengawa Mantri dari Mataram, dan menyampaikan maksus menyunting putri raja Yang Dipertuan dalam perkawinan, tetapi raja tidak menyetujui keinginan tersebut. Pangeran ini menjadi sangat malu, dan perang pun terjadi antara Yang Dipertuan dan Radin Sura Sari.
Sultan Matarem akhirnya mengirim bantuan untuk memperkuat pasukan putranya. Jumlahnya sangat banyak sehingga tak terhitung. Pada saat yang sama raja berpikir untuk mengundurkan diri dari jabatan dan menyerahkan jabatan ke anak anaknya, tapi dua dari anak-anaknya yang berasal dari hewan sedang berada di kota Belida, dan mereka sedang belajar ilmu yang pernah ditempuh oleh Puti Rajah dahulu. Dia akhirnya tiba di Air Hitam dan berjalan dari situ menuju ke dusun Juar di Monjuta, dan kemudian tinggal di sana.
Suatu hari Dayang 8.) Dari, dan Dayang Serin pergi berolahraga ke Kuala 9.), dan melihat bahwa kuala itu besar; Dayang Dari berkata kepada Dayang Serin, "Jika demikian penampilan Kuala ini, mungkin armada dari Jawa bisa datang ke sini juga, dan menemukan kita , mari kita kembali dengan cepat dan menginformasikan kepada Ayahanda, bahwa kita harus pindah dari tempat ini." Kemudian mereka kembali dan menghadap raja, dan raja mendengar penjelasan apa yang mereka temui. "Bila demikian, marilah kita segera pindah," jawab raja. Dan mereka pindah menuju Indrapura di Palokan Tinggi. Tapi ketika ia melihat bahwa Kuala dari Indrapura adalah jauh lebih besar daripada di Monjuta, raja berkata, "Mungkin orang Jawa akan menemukan kita di juga di sini." Dan ia akhirnya pindah ke Gunung Linda di Pungasun, tetapi ketika ia melihat bahwa Gunung Linda juga dekat laut, ia kembali pindah ke
pedalaman Air Aji 10), ke tempat yang disebut Sunkra Sunkulang. Ketika ia tiba di sana, salah satu pengikutnya meninggal dunia, dan karena itulah ia memutuskan kembali ke Indrapura, dan menetap dalam waktu yang lama disana.Selama menetap di Indrapura dia memiliki sejumlah anak-anak dan keponakan. Anak anak dan ponakan ini berkelahi, dan oleh sebab itulah raja memutuskan berangkat ke Batang Kapas, dan menetap sekitar tiga tahun di sana. Banyak orang yang meninggal dunia di sana, raja berjalan pindah lagi ke pedalaman, dan tiba di suatu tempat yang beri nama olehnya Tanjung Bunga,11.) disini dia juga menetap dalam waktu yang lama.
Di tempat ini ada seekor buaya besar yang menelan salah satu orang pengikut raja. Oleh karena itu Raja memerintahkan membuat alur tepi sungai dan membuat pagar ruyung atau nibung 12.) di sekeliling kota. Dari peristiwa ini nama Pagar ruyung terbentuk, dan nama ini tetap di pakai dan ada sampai hari ini.
Note :
5.) Dalam naskah asli Yang Dipertuan di tulis sebagai Iang Depertuan
6.) Dalam naskah asli Air Hitam di sebagai tulis Aer Etam
7.) Dalam naskah asli di tulis Matarem
8.) Dalam naskah asli Dayang di tulis Dyang
9.) Dalam naskah asli quallo, yang menurut saya artinya Kuala
10.) Dalam naskah asli di tulis ayer aji
11.) Dalam naskah asli di tulis Tanjong Bunga
12.) Dalam naskah asli di tulis Ruyong atau Nibong
Klik
Menuju Bag.5
0 comments:
Post a Comment