Kisah ini dimulai dari sebuah cerita 1.) yang di ceritakan kembali oleh Mahommedan. Di mana Raja Minang Kabau adalah keturunan Iskander Zulkarnein. 2.) yang mempunyai saudara laki laki yang menjadi Raja di Kerajaan Roum dan Kerajaan Tasua atau Kekaisaran Cina. Raja Moghul Khyrun yang berkuasa dan memerintah saat itu mendengar bahwa ada negeri yang telah di tundukkan oleh mereka yang bernama Negeri Medan, negeri ini mereka sita dan menarik hatinya untuk berkunjung dan melihatnya secara langsung. Kekuasaan dan Pemerintahan di serahkan ke putranya yang dia tinggalkan. Mereka berangkat dari kota Sah ul Saya, dengan rombongan pasukan pengiring yang sangat besar.
Ia juga membawah semua senjata dan peralatan perangnya, dan mengatur tak tik pertempuranya yang dinamai dengan Naga - Terbang, ibarat awan menelan bulan. Jumlah pasukannya tak terhitung. Semua Hulubalang dan sahabatnya mengenakan baju besi dan helm besi baja. Putrinya yang bernama Putri Kamala Chandra Dewi Retna, ikut mendampingi dan memandunya mereka menuju Negeri Brahmana, disana mereka tinggal selama empat puluh hari dan empat puluh malam di tempat Raja yang bernama Bacha Salegram Jawahir Sing.
Dari Negeri Brahmana raja pindah dengan seluruh pasukannya ke Hindustan, di mana dia menghabiskan beberapa waktu dengan membuat pesta dan hiburan. Dari Hindustan mereka kemudian menuju Barapura, di sana mereka tinggal sekitar empat bulan. Dia kemudian mengirim dan memerintahkan Perdana Mantri untuk membangun sebuah kapal besar untuk kendaraan mereka, perintah itu dijalankan dengan baik sehingga di buatlah kapal besar dan panjang dan dilengkapi dengan peralatan yang paling lengkap. Kapal itu di beri nama Mundam Berahi. Ketika segala sesuatu telah siap, raja memulai perjalanan dan berlayar dengan tujuan ke Negeri Medan. Pada akhir bulan ke enam ia tiba di Nilapura, dan membuang sauh di sana. Di Nilapura mereka tinggal sekitar tiga tahun.
Pada akhirnya dalam pelayaran , Laksamana yang ditugaskan oleh raja berkata; "O Tuanku, raja dunia, apa ada maksud yang tersisa selama dipelayaran ini, dan apa perintah tuanku selanjutnya?" Raja menjawab, "Siapkan segera untuk keberangkatan saya di kapal Mundam Berahi". Seorang master kapal yang sangat paham dengan kapal dan arah pelayaran berkata, "Kami telah melihat dari arah kiri ada asap, arah itu sama dengan arah dari matahari terbit (timur) karena berasal dari daratan, seperti yang tercantum pada peta yang Tuanku berikan,". Kemudian Laksamana berkata, "Maaf, Tuanku , raja dunia, tampak di peta bahwa asap ini datang dari sebuah pulau, pulau itu oleh orang-orang tua dahulu disebut Pulo percha." Raja berkata, "Wahai Tuan, apakah anda mengenal pulau ini,?" dan Sang Master kapal menjawab,". Wahai raja dunia, hamba-Mu tidak pernah ke sana, mereka tahu tempat itu hanya dari Peta." Lalu raja berkata kepad Mentrinya, "Wahai Mentri, siapkan kecepatan kapal dengan baik, saya ingin pergi ke pulau ini." Setelah persiapan di kapal yang lengkap ini siap, raja dan tentaranya mulai berlayar menuju tempat asap itu yaitu Pulo Percha.
Note :
1). Cerita lisan atau mungkin cerita yang di sampaikan turun temurun. Cerita rakyat.
2). Iskander Zulkernein, kemungkinan yang di maksud di sini adalah Raja Iskandar Zulkarnain Yang Agung. Kerajaan Roum, kemungkinan adalah Kerajaan Romawi.
Klik
Menuju Bag.3
0 comments:
Post a Comment