Note :
Bagian ini menceritakan :
- Asal mula Dusun Tes
- Teluk Lem
- Butau Gesea, selengkapnya baca di LINK
Sambil menunggu Puteri Serimbang Bulan (Puteri Senggang) meningkat dewasa, Raden Cetang mohon diri kepada nenek. Ia akan pergi berladang di pinggir danau Tes di dekat Teluk Lem. Di sanalah asal mulanya Dusun Tes.
Setiap hari, setelah selesai bekerja di ladang, ia pergi memancing di Teluk Lem, sambil duduk di Butau Begesea (Batu yang hampir jatuh).
Menurut cerita, Puteri Serimbang Bulan adalah anak yang luar biasa. Belum waktu merangkak, telah berjalan, belum waktu besar telah dewasa. Rupanya sangat cantik. Tak ada bandingannya di daerah itu. Sepantasnya ia dijodohkan dengan raja-raja besar, atau saudagar-saudagar kaya.
Rajo Magek mulai goyang dengan janjinya terhadap Raden Cetang. Apabila mendengar ocehan orang kampung, "Masakan puteri secantik ini dijodohkan dengan laki-laki dungu itu. Telinganya selebar teleng, rupanya sangat buruk".
Akhirnya dikirimlah seorang utusan ke tempat Raden Cetang di Teluk Lem untuk menyampaikan pesan Rajo Magek bahwa pertunangannya dengan Puteri Serimbang Bulan di batalkan.
Dengan penuh kesabaran, menjawablah Raden Cetang, "Apa hendak dikata. Memang janjilah yang dapat mungkir dan bicaralah yang dapat berbohong".
Sepeninggal para utusan Rajo Magek, is pergi mengembara ke sepanjang pantai, dikumpulkannya segala macam bibit penyakit.
Dengan diam-diam ditumpahkannya bibit penyakit itu kepada diri Puteri Serimbang Bulan.
Tak terkatan penderitaan Puteri Serimbang Bulan mengidap bermacam-macam penyakit. Sekujur tubuhnya, dijangkiti berbagai-bagai penyakit kulit. Makin hari makin parah penyakitnya. Puteri yang cantik molek telah berubah rupa menjadi orang yang buruk. Karena bermacam-macam obat telah melumuri kulit yang berkoreng, berkurap itu, tak kelihatanlah lagi rupa kulitnya yang putih.
Gatal dan perihnya tak tertahankan lagi. Makin diobati makin parah, berganti dukun makin menjadi-jadi perihnya.
Rajo Magek dan isterinya hampir putus asa. Untunglah mereka segera teringat kepada Raden Cetang. Mungkin dialah yang dapat mengobati Puteri Serimbang Bulan.
Beberapa utusan untuk menjemput Raden Cetang, namun ia tak hendak datang.
Akhirnya Rajo Magek terpaksa datang bersama isterinya ke Teluk Lem untuk menemui Raden Cetang. Lebih dahulu Rajo Magek meminta maaf atas kelancangannya memungkiri janjinya di ladang nenek.
Dengan tersenyum Raden Cetang menjawab, "Tak apalah Wak, janji itu telah biasa mungkir. Tak usah di ingat-ingat lagi janji itu".
"Tidak, nak. Janji itu tidak akan dimungkiri. Kalau tidak janji, apakah yang harus dipatuhi lagi? Saya tidak akan memungkiri janji itu. Kau akan tetap kami jodohkan dengan anak kami Puteri Serimbang Bulan. Percayalah ! Tapi sekarang tidak dapat dilaksanakan perkawinanmu karena Puteri Serimbang Bulan sedang menderita penyakit kulit yang sangat parah. Untuk ini kami mohon pertolonganmu untuk mengobati penyakit tersebut. Setelah sembuh perkawinan segera dilaksanakan".
Permintaan kedua suami isteri itu dikabulkannya. Segeralah mereka berangkat ke Kutai Ukem.
Segala bibit penyakit itu dikumpulkan lagi oleh Raden Cetang, ditumpahkannyalah kepada penyu. Itulah sebabnya kulit badan penyu sekarang berukir ukir, karena telah dirusakan oleh penyakit kulit.
Klik
Menuju Bag.8
Setiap hari, setelah selesai bekerja di ladang, ia pergi memancing di Teluk Lem, sambil duduk di Butau Begesea (Batu yang hampir jatuh).
Menurut cerita, Puteri Serimbang Bulan adalah anak yang luar biasa. Belum waktu merangkak, telah berjalan, belum waktu besar telah dewasa. Rupanya sangat cantik. Tak ada bandingannya di daerah itu. Sepantasnya ia dijodohkan dengan raja-raja besar, atau saudagar-saudagar kaya.
Rajo Magek mulai goyang dengan janjinya terhadap Raden Cetang. Apabila mendengar ocehan orang kampung, "Masakan puteri secantik ini dijodohkan dengan laki-laki dungu itu. Telinganya selebar teleng, rupanya sangat buruk".
Akhirnya dikirimlah seorang utusan ke tempat Raden Cetang di Teluk Lem untuk menyampaikan pesan Rajo Magek bahwa pertunangannya dengan Puteri Serimbang Bulan di batalkan.
Dengan penuh kesabaran, menjawablah Raden Cetang, "Apa hendak dikata. Memang janjilah yang dapat mungkir dan bicaralah yang dapat berbohong".
Sepeninggal para utusan Rajo Magek, is pergi mengembara ke sepanjang pantai, dikumpulkannya segala macam bibit penyakit.
Dengan diam-diam ditumpahkannya bibit penyakit itu kepada diri Puteri Serimbang Bulan.
Gatal dan perihnya tak tertahankan lagi. Makin diobati makin parah, berganti dukun makin menjadi-jadi perihnya.
Rajo Magek dan isterinya hampir putus asa. Untunglah mereka segera teringat kepada Raden Cetang. Mungkin dialah yang dapat mengobati Puteri Serimbang Bulan.
Beberapa utusan untuk menjemput Raden Cetang, namun ia tak hendak datang.
Akhirnya Rajo Magek terpaksa datang bersama isterinya ke Teluk Lem untuk menemui Raden Cetang. Lebih dahulu Rajo Magek meminta maaf atas kelancangannya memungkiri janjinya di ladang nenek.
Dengan tersenyum Raden Cetang menjawab, "Tak apalah Wak, janji itu telah biasa mungkir. Tak usah di ingat-ingat lagi janji itu".
"Tidak, nak. Janji itu tidak akan dimungkiri. Kalau tidak janji, apakah yang harus dipatuhi lagi? Saya tidak akan memungkiri janji itu. Kau akan tetap kami jodohkan dengan anak kami Puteri Serimbang Bulan. Percayalah ! Tapi sekarang tidak dapat dilaksanakan perkawinanmu karena Puteri Serimbang Bulan sedang menderita penyakit kulit yang sangat parah. Untuk ini kami mohon pertolonganmu untuk mengobati penyakit tersebut. Setelah sembuh perkawinan segera dilaksanakan".
Permintaan kedua suami isteri itu dikabulkannya. Segeralah mereka berangkat ke Kutai Ukem.
Segala bibit penyakit itu dikumpulkan lagi oleh Raden Cetang, ditumpahkannyalah kepada penyu. Itulah sebabnya kulit badan penyu sekarang berukir ukir, karena telah dirusakan oleh penyakit kulit.
Klik
Menuju Bag.8
0 comments:
Post a Comment