Satwa species baru asal Propinsi Bengkulu yang di perkenalkan ke dunia oleh Ilmuwan Rusia tahun 2003
- Boiga bengkuluensis (Propinsi Bengkulu, Sumatra, Indonesia)
- Clelia hussami (Brazil selatan)
- Trimorphodon (Amerika, untuk Trimorphodon adalah perbaikan taxonomi sebelumnya yang di anggap ada kekeliruan,- A taxonomic revision of Trimorphodon biscutatus vilkinsonii)
Klasifikasi
Secara ilmu taxonomy, species baru asal bengkulu ini berada pada daftar silsilah :
Kingdom | Animalia Animals |
Phylum | Chordata Animals with backbones |
Class | Sauropsida/Reptilia Reptiles |
Order | Squamata Lizards and Snakes |
Family | Colubridae Colubrid |
Genus | Boiga |
Species | bengkuluensis |
Species names : Boiga bengkuluensis
Beberapa Publikasi Jurnal Science International
Boiga - Description of Boiga bengkuluensis
Orlov et al. (2003) describe a new species of Boiga from Bengkulu Province, SW. Sumatra: B. bengkuluensis. The new species is a long and very slender species, and greenish-brown with bifurcating, darker green crossbars on the back. It differs from B. cynodon and relatives in having fewer midbody scale rows (19 instead of 21 or more), and from B. drapiezii in having more temporal scales (3 anterior and 4 posterior, instead of 2 and 3, respectively).
- Orlov, N.L., S.V. Kudryavtzev, S.A. Ryabov & O.V. Shumakov (2003) A new species of genus Boiga(Serpentes: Colubridae: Colubrinae) and colour atlas of Boigas from Bengkulu Province (Sumatra, Indonesia).
A NEW SPECIES OF GENUS Boiga (SERPENTES: COLUBRIDAE: COLUBRINAE) AND COLOR ATLAS OF BOIGAS FROM BENGKULU PROVINCE (SUMATRA, INDONESIA)
The description of a new species of the genus Boiga is based on the examination of one adult specimen (female) from the Bengkulu Province (Sumatra, Indonesia). A comparative analysis of the new species with all the species of the Boiga genus of the Sunda Archipelago (Indonesia), Philippines, Andaman and Nikobar Islands, and Indochina was carried out: Boiga cynodon, B. guangxiensis, B. ocellata, B. dendrophila ssp., B. tanahjampeana, B. drapiezii, B. angulata, B. philippina, B. schultzei, B. irregularis, B. jaspidea, B. multomaculata, B. nigriceps, B. cyanea, B. saengsom, B. andamanensis, B. wallachii. There given new records of boigas and detailed description of five color forms of Boiga cynodon from the Bengkulu Province.
Key words: new species; Boiga bengkuluensis; Bengkulu Province; Sumatra; Boiga cynodon complex; Boiga drapiezii complex.
Habitat
Berdasar laporan habitatnya berada di :
sekitar Curup dan Kepahiang (dua kota di Tanah Rejang).
- Indonesia (Sumatra, Bengkulu Province)
Terra typica: Rejiang (region around Curup and Kapahiang Towns), Rejianglebong Prefecture, Bengkulu Province, Sumatra, Indonesia; 3°28 S, 102°32 E; 500 m elevation
Gimana sih rupa ular Boiga Bengkuluensis itu?
Mereka pakar yang berjasa meneliti
Terimakasih kepada :
- Nikolai L. Orlov, Sergei V. Kudryavtzev, Sergei A. Ryabov, and Oleg V. Shumakov
Reference :
- http://www.folium.ru/en/journals/rjh/contents/2003/2003-01.htm
- http://www.terraria.ru/img.php?id=2413&PopUp=true
- http://www.worldtwitcher.se
- http://biology.bangor.ac.uk/%7Ebss166/Updates/Colubridae2003.htm
- http://www.tigr.org/reptiles/species.php?genus=Boiga&species=bengkuluensis
2 comments:
Menarik sekali kalau memang itu new spesies, dan ada kerelaan para peneliti untuk menamakan species tersebut dgn Boiga Bengkuluensis, artinya keunikan dari spesies tersebut menyebukan nama bengkulu dimana hewan ditemukan.
Issue yang menarik dan geli ngelihatnya adalah kunjugan gubernur Bengkulu menghadap menteri kehutanan untuk melepaskan status kawasan hutan menjadi areal peruntukan lain (APL) yang membawa rombongan dari dinas kehutanan maupun Bappeda, lucunya adalah keinginan melepaskan status kawasan, tidak satupun dari mereka yang menyiapkan konsep atau alasan dari pelepasan tersebut, yangada hanya bagaimana melepaskan status kawasan hutan untuk ditanami kelapa sawit dan itu menguntungkan bagi penjabat publik yang di dapat dari perusahan-perusahan besar sawit yang ekspansi di Bengkulu.
Semoga Bengkulu siap menghadapi ketahanan pangan di era perubahan iklim ini, dan juga masih banyak masyarakat yang mengerjakan sawah dan ladang untuk kebutuhan beras masyarak Bengkulu dan tidak mengimpor dari daerah lain, yang jelas lebih mahal, jangan sampailah hutan dan sawah berubah menjadi ladang sawit semua, dan kita tidak makan beras lagi hanya makan buah sawit.
Sayo sebagai orang Bengkulu yang hidup di luar Bengkulu prihatin dengan kebijakan-kebijakan Pemda yang ado di Bengkulu kini ko, nak lemak sorang ajo penjabat2nyo, saatnyolah kito bangkit dan mulai berubah mneghilangkan proses pembusukan dan penghancuran nilai-nilai yang baik di masyarakat kito.... bravo Bengkulu...
Salam sayo untuk kawan-kawan
Rudi
20 Juni 2008 17:24
New comment on your post #14 "Species Baru Satwa Bengkulu - Boiga Bengkuluensis"
Author : Rudi (IP: 208.43.132.234 , server01.abangadek.com)
E-mail : rudizet@telkom.net
URL :
Whois : http://ws.arin.net/cgi-bin/whois.pl?queryinput=208.43.132.234
Ada satu hal yang lebih menarik lagi ketika saya mendengar cerita dari teman-teman yang ada di camp pusat konservasi gajah seblat (PKG Seblat), Bengkulu Utara.
Ketika itu Bupati Bengkulu Utara (Imron) sedang melakukan kunjungan ke PKG Seblat. Disaat para petugas menyampaikan kesulitas biaya untuk menjaga gajah2 binaan yang ada dan sempitnya kawasan PKG Seblat untuk tempat hidup gajah liar maupun gajah binaan yang ada. (Sekedar info luas kawasan PKG Seblat hanya 6.865 ha yang dihuni sekitar 100 ekor gajah liar dan 18 ekor gajah jinak. 1 ekor gajah membutuhkan range area sekitar 400 ha untuk kebutuhan makannya. 19 jam aktivitas gajah dalam 1 harinya hanya makan)
Sang bupati malah menjawab:
"Ya sudah, kasih saya setengahnya kawasan ini untuk saya buka kebun sawit. Hasilnya nanti kalian kasih untuk merawat dan memberi makan gajah".
See...?? that's the answer the leader in our land. He don't know what the problem and he don't what the good solution. I'm not sure he can save our biodiversity.
Salam,
Een Irawan Putra
Email: irawanputra@gmail.com
Post a Comment