Adik-adik tentu pernah mendengar tentang Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Ini adalah taman nasional terbesar di Sumatra, yang memiliki berbagai kekayaan flora dan fauna, dengan kondisi alam yang benar-benar masih asli atau perawan. TNKS memiliki wilayah seluas 13,750 km2 dan membentang ke empat provinsi, yaitu Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan.
TNKS terletak di kawasan Pegunungan Bukit Barisan yang memiliki wilayah dataran tertinggi di Sumatra, yakni Gunung Kerinci (3.805 m). Taman nasional ini memiliki beberapa mata air panas, sungai-sungai beraliran deras, gua-gua, air terjun dan danau kaldera tertinggi di Asia Tenggara, Gunung Tujuh.
Menurut penelitian, sekitar 4.000 spesies tumbuhan (flora) tumbuh di wilayah taman nasional ini, termasuk bunga terbesar di dunia Rafflesia arnoldi, dan bunga tertinggi di dunia Titan Arum. Sedangkan binatang (fauna) yang hidup di TNKS, antara lain Harimau Sumatra, Badak Sumatra, Gajah Sumatra, Macan Dahan, Tapir Melayu, Beruang Madu dan sekitar 370 spesies burung.
Menurut sejarah pembentukannya, taman nasional ini merupakan penyatuan dari kawasan-kawasan Cagar Alam Inderapura dan Bukit Tapan, Suaka Margasatwa Rawasa Huku Lakitan-Bukit Kayu Embun dan Gedang Seblat. Hutan lindung dan hutan produksi terbatas di sekitarnya, yang berfungsi hidrologis, sangat vital bagi wilayah sekitarnya.
Menurut laman Departemen Kehutanan RI, kelompok hutan tersebut merupakan daerah aliran sungai (DAS) utama, yaitu DAS Batanghari, DAS Musi dan DAS wilayah pesisir bagian barat. DAS tersebut sangat vital peranannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan air bagi hidup dan kehidupan jutaan orang yang tinggal di sekitarnya.
Pada 4 Oktober 1982, bertepatan dengan Kongres Taman Nasional Sedunia di Bali, gabungan kawasan tersebut diumumkan sebagai Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). TNKS merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah sampai ekosistem sub alpin serta beberapa ekosistem yang khas (rawa gambut, rawa air tawar dan danau).
Flora langka
Hutan TNKS didominasi oleh famili Dipterocarpaceae, dengan flora yang langka dan endemik yaitu pinus kerinci (Pinus merkusii strain Kerinci), kayu pacat (Harpulia alborera), bunga Rafflesia (Rafflesia arnoldi) dan bunga bangkai (Amorphophallus titanium dan A decussilvae). Ada juga beberapa jenis vegetasi yang khas, seperti Histiopteris insica (tumbuhan berpembuluh tertinggi) yang berada di dinding kawah Gunung Kerinci.
Penelitian Biological Science Club (BScC) pada tahun 1993 di daerah buffer zone menemukan 115 jenis vegetasi ethnobotanical yang banyak digunakan masyarakat setempat untuk berbagai keperluan, seperti untuk obat-obatan, kosmetik, makanan, anti nyamuk dan keperluan rumah tangga.
Topografi TNKS pada umumnya bergelombang, berlereng curam dan tajam dengan ketinggian 200-3.805 meter dpl. Topografi yang relatif datar dengan ketinggian 800 meter dpl terdapat di daerah enclave Kabupaten Kerinci.
Secara umum curah hujan di kawasan ini cukup tinggi dan merata. Rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara 3.000 mm. Musim hujan berlangsung September-Pebruari dengan puncak musim hujan pada Desember. Sedangkan musim kemarau berlangsung pada April-Agustus.
TNKS dapat dijadikan obyek yang menarik dan penting untuk kegiatan penelitian dan pendidikan, pendakian dan berkemah, pemotretan dan pembuatan film, serta wisata alam dan budaya. Fasilitas wisata yang tersedia, antara lain wisma tamu, pusat informasi, shelter, MCK, jalan trail, menara pengintai, dan pondok jaga.
Lokasi TNKS dapat dicapai melalui darat dengan beberapa jalur. Antara lain, jalur Padang-Tapan-Sungai Penuh (278 km selama 7 jam), Padang-Muaralabuh-Kersik Tuo (211 km selama 5-6 jam), Jambi-Sungai Penuh (500 km selama 10 jam), Bengkulu-Muara Aman (selama 4 jam), Bengkulu-Argamakmur (selama 2 jam), dan Palembang-Lubuk Linggau (selama 6 jam).n ayh, dari berbagai sumber
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=331061&kat_id=253
0 comments:
Post a Comment