LAPORAN UTAMA | |||
Pelestarian Gajah Sumatera, Antara Harapan dengan Kenyataan Oleh: Waldemar H. Sinaga* Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu Tahun 1993 populasi gajah sumatera tinggal 44 kelompok atau diperkirakan antara 2.800 – 4.800 ekor. Terbesar ada di Propinsi Lampung sebanyak 13 kelompok. Sumatera Selatan, 8 kelompok. Jambi, 5 kelompok. Bengkulu, 2 kelompok. Riau, 11 kelompok. Sumatera Barat 1 kelompok dan Aceh 4 kelompok (Departemen Kehutanan, 1993). Dari jumlah tersebut, 14 kelompok berada di dalam kawasan konservasi dengan jumlah perkiraan 1.030 ekor dan sisanya di luar kawasan konservasi. Sebelum tahun 70an, populasi gajah di alam lebih besar dari sekarang, akan tetapi masalah yang timbul akibat gangguan satwa liar gajah terhadap masyarakat sumatera belum begitu tampak. Kondisi ini menunjukkan habitat gajah di Bumi Swarna Dwipa tersebut masih dalam keadaan seimbang. Dengan kata lain, ekosistem Pulau Sumatera belum terlalu terganggu. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, meluasnya lahan pertanian serta meningkatnya pembangunan di segala sektor, maka sejak tahun 1980-an sering muncul masalah gangguan satwa liar gajah terhadap pemukiman, perkebunan dan perladangan masyarakat sumatera. Gangguan tersebut terjadi akibat dari perencanaan dan penggunaan tata ruang wilayah yang belum atau kurang memperhatikan satwa liar gajah sebagai faktor pertimbangan dalam penetapan tata ruang wilayah. Perilaku Gajah Sumatera Sumber pakan gajah berasal dari hutan primer, hutan skunder bahkan jenis-jenis tanaman pertanian seperti daun pohon karet dan kelapa sawit. Dari kelompok rumput-rumputan, jenis tebu liar (Saccharum spontanium) adalah yang paling digemari. Umumnya gajah meraih makanannya dengan cara browser atau dengan merusak tumbuhannya. Batang kayu (cambium) juga dimakan untuk memenuhi kebutuhan mineral terutama kalsium sebagai memperkuat tulang, gigi dan gading yang terus tumbuh. Gajah juga membutuhkan sodium untuk menjaga kesehatan tubuhnya sehingga keberadaan salt lick sangat diperlukan. Gajah Sumatera umumnya hidup dalam kelompok berbasis matrikal, dipimpin oleh betina tua monopause (umur 50 tahun) merangkap jabatan sebagai ketua perawat anak-anak. Jumlah anggota kelompok bervariasi antara 2 – 8 ekor dan 9 – 45 ekor. Ini tergantung kualitas dan kuantitas makanan, tata ruang dan pengembangan wilayah serta predatornya (harimau). Gajah tua jantan menganut paham poligami dengan sex ratio 1 : 5. Gajah jantan hidup soliter dan masuk dalam kelompok pada waktu musim kawin. *Kepala Unit Pengawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh, |
You are here : Home > fauna > Pelestarian Gajah Sumatera,
Pelestarian Gajah Sumatera,
Labels: fauna
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment