11. Kisah Raja Dewaju dan Putri Siti Ratna Mendayo Murhum Shah
Klik
Kembali ke Bag. 1o
Setelah itu Tuanku Muda turun dari tahta (pensiun) menuju ke Kota Tigabelas ilalang 18.) dari sana dia pergi ke Selayo dan dari Selayo ke Kota Anau, tapi dua orang sepupunya menetap dan tinggal di Selayo, dan dua lainnya menetap di Kota Anau. Kemudian Tuanku Mudo pindah ke Bayang, dan di sini juga tinggal dua orang sepupunya untuk menetap.
Ketika Tuanku Mudo turun tahta dari Pagaruyung ke Kota Tigabelas ilalang, ia telah dikaruniai seorang putri yang berusia dua tahun. Dari Bayang ia kemudian pindah ke Batang Kapas atau Kampung Pinang di Kalumpang, dan menetap di sana. Anak perempuan yang disebutkan di atas terus tumbuh dan ia di beri nama Siti Ratna Mendayo Murhum Shah, yang merupakan berlian pertama orang-orang pesisir.
Setelah itu orang-orang Pagaruyung datang ke Batang Kapas untuk mengundang Tuanku Murhum. Tuanku Murhum mengatakan ke semua Penghulu dan pembesar yang datang bahwa ia tak ingin kembali. Orang orang Penghulu dan Pembesar yang berada di pihak Tuanku Muda disarankan ikut kembali ke Pagaruyung. Ketika orang orang Tuanku Murhum tiba di Pagaruyung, mereka terperangkap dengan semua kata-kata dari Yang Dipertuan sebelumnya.
Saat itu dua saudara laki laki Tuanku Murhum, yaitu anak-anak dari Putri yang menikah dengan rakyat biasa melihat hal ini, mereka berkata, "Kami tidak memerlukan orang orang ini, kami berdua mestinya yang menjadi Raja."
Kemudian mereka diangkat menjadi Raja Adat, dan Raja Alum, dan di bawah tingkatan mereka adalah Raja ketiga yaitu Raja Ebadut . Dari peristiwa inilah berawal sistem Pemerintahan dengan 3 kursi yang masih bertahan sampai dengan naskah ini diterbitkan (tahun 1822).
Selain sejarah diatas, yang berhubungan dengan sejarah Raja Indrapura adalah sejarah anak raja dari Raja Bugis yang bernama Dewaju, yang tinggal di daerah Beting Pula, dan orang orang memanggilnya dengan nama Orang Masompa.
Suatu saat ia menghibur dirinya dengan bermain layang terbang, tapi sialnya layang layang terbang yang dinaikinya itu terbawah angin hingga jauh dan jatuh ke daerah Kataun. Di sana dia ditangkap dan dijadikan budak oleh Raja Di Bandar.
Suatu hari Raja Di Bandar memerintahkan nya untuk memotong rotan, dan jari tangannya terluka, saat darah keluar dari jarinya terlihat darahnya berwarna putih seperti warna santan kelapa. Melihathal ini Rajah Di Bandar sadar bahwa orang ini adalah putra seorang Raja dan dia akan memperlakukannya pula sebagai anak raja.
Setelah itu, ini putra Raja ini pergi untuk mencari tanah dan air yang sama seperti miliknya. Dia mencarinya sendiri ke dekat setiap sungai yang ia temui, hingga akhirnya ia tiba di Ayer Dikit, yaitu suatu tempat dimana timbangan air lebih berat sedikit dibanding dengan tempat lainnya, tapi tanahnya sama dengan yang di bawahnya, oleh sebab itu tempat itu di sebut Ayer Dikit (Air sedikit), nama tempat itu yang masih ada sampai saat naskah ini dicetak menjadi buku (tahun 1822).
Akhirnya ia tiba di Indrapura, dan dia menimbang tanah dan air di sana, dan dia menemukan bahwa tanah dan air di Indrapura sama seperti tanah dan air dari Negeri Bugis. Karena itulah ia memutuskan untuk tinggal di sana.
Setelah beberapa lama tinggal di Indrapura Raja Bugis kemudian mendengar bahwa ada seorang Raja besar tinggal di Batang Kapas di Kalumpang. Ia kemudian pergi untuk menemui Paduka Murhum. Paduka Murhum kemudian menjodohkannya ke putrinya sendiri, yaitu putri yang dia bawa dari Pagaruyong.
Setelah menikah Rajah Bugis kembali ke Indrapura dengan istrinya. Pada riwayat ini Indrapura disebut Ujong Pagaruyong.
Demikianlah kisah sejarah yang telah turun ke Indrapura.
Note :
18.) Dalam naskah asli ditulis sebagai Hilalang of Tigablas
19.) Dalam naskah asli ditulis sebagai Seetee Rutna Mendayo Murhum Shah
0 comments:
Post a Comment