Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
diskusi mengenai suku rejang akan menjadi sangat panjang dan menarik, karena ada begitu banyak hal yang belum dieksplorasi mengenai suku rejang itu sendiri.
Hal ini mungkin karena kurangnya publikasi mengenai eksistensi suku rejang tersebut, yang sangat mungkin disebabkan oleh sifat suku Rejang yang kurang adaftif terhadap perkembangan diluar lingkunganya (seperti yang telah disebutkan dalam tulisan sebelumnya.
penulis sendiri menemukan ada begitu banyak hal yang belum terungkap dipermukaan mengenai apa, seperti apa, bagaimana, dan banyak pertanyaan lainnya mengenai suku Rejang.
salah satu contohya, penulis pernah menemukan sebuah tulisan mengenai suku Rejang pada sebuah tulisan mengenai suku Batak. yaitu tulisan Siahaan BA, dalam bukunya asal-usul tanah Batak, yang secara eksplisit menyebutkan ".............kedatangan suku-suku yang mendiami pulau sumatera saat ini terjadi dalam beberapa gelombang, dimana mereka datang dari hindia belakang/austronesia, dan suku pertama yang memasuki pulau sumatera adalah suku Batak dan suku Rejang,................" (tulisan tersebut tidak sama persis dengan yang ada dibuku tersebut, karena penulis hanya menuliskannya berdasarkan apa yang penulis ingat, namun benang merahnya kira-kira seperti tulisan tersebut).
adalah sangat menarik sekali ketika orang luar seperti Siahaan BA, dapat menulis mengenai keberadaan suku Rejang, sementara dipihak lain ada begitu banyak putera-puteri Rejang yang mungkin tidak mengetahui mengenai hal tersebut. menurut hemat penulis, tidak mungkin kita bisa membahas mengenai eksistensi suku rejang dalm lembaran singkat in, akan sangat baik sekali bila diskusi dilakukan secara lebih mendalam.
Penulis : V.P Alexander (081381855380)
Alumnus Universitas Gadjah Mada, Program Pasca Sarjana, Konsentrasi Politik Lokal dan Otonomi Daerah. dengan Tesis Berjudul "Sistem Pemerintahan Marga Suku Rejang dan Proses Negaranisasi".
terimakasih untuk teman-teman semua yang tertarik dengan suku rejang, saya adalah putra rejang yang berasal dari bengkulu. saya kita bukanya suku rejang tidak adaptif dengan perkembangan dari luar. bahkan melihat perkembangan yang ada, suku rejang sekarang telah terdistorsi oleh perkembangan teknologi dan budaya dari luar daerahnya. sehingga para pemuda-pemudi suku rejang sekarang ini telah kehilangan jati dirinya sebagai seorang suku rejang.
sebagai contoh adalah hampir jarang kita dapati para pemuda-pemudi suku rejang yang bisa menari tarian kejei (sebagai tarian tradisional rejang), dalam ingatan saya suku rejang mempunyai seni dalam bergitar dan sekarang hampir punah. kebudayaan asli rejang sekarang ini hampir punah, karena kehilangan generasi penerus, hal ini lebih disebabkan oleh pengaruh budaya dari luar. saya sendiri sampai saat ini, tidak tahu darimana sebenarnya suku rejang itu berasal. karena dari buku-buku yang ada tidak membahas secara mendetail dari mana suku rejan pertama kali datang. sekarang ini ada buku yang membahas masalah rejang namun berada di luar negeri (belanda dan australia) dan kami sendiri sebagai generasi penerus suku rejang, seperti kehilangan jati diri kami sebagai seorang suku rejang. tidak ada buku pedoman yang perlu kami baca sebagai pedoman hidup. adapun ajaran dan hukum adat yang berlaku hanya turun temurun dari mulut ke mulut saja.
perlu diketahui sekarang banyak putra-putri suku rejang yang sukses, di perusaahaan, pejabat pemerintah, DPR, pengamat politik, pengusaha, dll namun sedikit yang ingat dan membangun daerah untuk kemajuan suku bangsa rejang.
suatu saat nanti saya akan membukukan semua hal tentang suku rejang
karmolis merigi universitas gajah mada
Saya bukanlah putra daerah aSuku Rejang tetapi saya selama 5 tahun bertugas sebagai dokter di Kabupaten Rejang Lebong. Saya memberikan komentar mengenai Suku Rejang karena saya tertarik akan adat dan budaya suku Rejang yang menurut saya dipelihara dengan sangat baik oleh mereka. Banyak orang mengatakan suku Rejang telah banyak terdistorsi oleh pengaruh dari luar, tetapi siapa yang tidak? Seluruh penduduk di muka bumi secara beradab maupun biadab telah diperkosa oleh suatu gelombang budaya baru yang diberi kedok globalisasi yang tidak lain adalah kapitalisme dan konsumerisme. Tidak terkecuali suku Rejang juga tengah mengalami dilema dalam kehidupan modernisme yang melanda seluruh dunia. Saya pernah mengunjung sebuah desa di kabupaten Rejang Lebong yang tidak dapat ditempuh oleh kendaraan roda empat dan berjarak kurang lebih 30 km dari ibukota kabupaten. didaerah tersebut para penduduk desa rata-rata memiliki telepon seluler dan antena parabola sehingga suatu saat saya melihat mereka dedngan sangat antusias mengikuti poling pemilihan calon presiden dengan ikut mengirimkan SMS yang seharga Rp. 2000/sms dan mengirimkannya berulang ulang sampai dapat mencapai 10 sms. padahal dikala musim paceklik mereka menjadi buruh di kebun dengan upah Rp.15000 untuk merumput seharian. Tidak seluruh masyarakat suku Rejang terbelakang kini di kalangan masyarakat Rejang mereka telah mulai mengirimkan anak-anaknnya ke luar untuk melanjutkan sekolah ke jenjang Perguruan Tinggi. Dan yang tinggal mulai mengembangkan buaya mereka sendiri.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembicaraan:Suku_Rejang
0 comments:
Post a Comment