4. Raden Cetang Menjadi Raja
Klik
Kembali ke Bag.3
Raden cetang dibangunkan oleh saudara-saudaranya. Ia tersentak. Sambil mengusap-ngusap mata ia menanyakan mengapa dan apa sebab membangunkannya. Satu demi satu mereka menerangkan peristiwa yang telah terjadi pada mereka. Mereka memohon pertolongan kepada adiknya untuk memberikan jawaban nang-nang itu.
"Aaaaaah....!", jawab Raden Cetang sambil menguap dan berbaring hendak tidur kembali.
"Ei, Dik!", kata salah seorang kakaknya. Tolonglah! Bukankah sepeninggal ayahanda belum ada lagi yang dapat menggantikan beliau untuk memegang tampuk pemerintahan Kerajaan Mojopahit ini? Bangunlah, Dik. Kami memberi kesempatan kepadamu untuk menjawab nang-nang itu di hadapan Raja Dewa.
"Tidak, Dik. Kami diperintahkan beliau untuk mencari kau. Mudah-mudahan kaulah yang dapat menolong kami untuk menjawab nang-nang itu".
"Syarat-syaratnya sangat ringan. Saya akan masuk ke balai bimbang untuk menghadap Raja Dewa seperti halnya ayahanda dahulu akan masuk ke balai. Semua pakaian kebesaran ayahanda harus saya pakai. Dilengkapi dengan 40 orang dayang, dikelilingi oleh 40 orang bala tentara di depan, 40 orang di belakang, demikian juga disamping kiri dan samping kanan. Barisan paling belakang mengiringi upacara ini dengan bunyi-bunyian. Kalau semua ini dapat dilaksanakan, dapatlah saya mengabulkan permintaan kakak-kakak sekalian". Keenam saudara-saudaranya mengabulkan permintaan Raden Cetang.
Dengan gerak lesu Raden Cetang duduk dan berkata, "Wahai kakak-kakakku yang saya muliakan. Saya adalah seorang yang paling hina, paling buruk dan paling bodoh diantara kita bersaudara. Adakah patut saya diajak menghadap Raja Dewa yang terhomat itu?".
"Tidak, Dik. Kami diperintahkan beliau untuk mencari kau. Mudah-mudahan kaulah yang dapat menolong kami untuk menjawab nang-nang itu".
Karena desakan-desakan kakaknya Raden Cetang mengalah.
"Baiklah. Tapi dengan syarat", katanya.
"Apakah syaratnya, Dik? Terangkanlah! Kami berjanji akan memenuhi segala permintaanmu jika kau bersedia memberikan jawaban nang-nang itu di hadapan Raja Dewa bersama kami," jawab seluruh saudaranya.
"Baiklah. Tapi dengan syarat", katanya.
"Apakah syaratnya, Dik? Terangkanlah! Kami berjanji akan memenuhi segala permintaanmu jika kau bersedia memberikan jawaban nang-nang itu di hadapan Raja Dewa bersama kami," jawab seluruh saudaranya.
"Syarat-syaratnya sangat ringan. Saya akan masuk ke balai bimbang untuk menghadap Raja Dewa seperti halnya ayahanda dahulu akan masuk ke balai. Semua pakaian kebesaran ayahanda harus saya pakai. Dilengkapi dengan 40 orang dayang, dikelilingi oleh 40 orang bala tentara di depan, 40 orang di belakang, demikian juga disamping kiri dan samping kanan. Barisan paling belakang mengiringi upacara ini dengan bunyi-bunyian. Kalau semua ini dapat dilaksanakan, dapatlah saya mengabulkan permintaan kakak-kakak sekalian". Keenam saudara-saudaranya mengabulkan permintaan Raden Cetang.
Saat yang paling dinanti-nantikan telah tiba. Raden Cetang telah siap dengan pakaian kebesaran raja, menunggang kuda putih, berpayung kebesaran yang dihiasi dengan emas permata. Dikelilingi oleh 40 dayang, pasukan pengawal raja di depan, dibelakang, disamping kiri dan kanan, masing masing 40 orang, bersenjata tombak, pedang dan senjata-senjata perang lainnya. Barisan paling belakang mengiringi arak arakan itu dengan alat bunyi bunyian, seperti gong, kelintang dan sebagainya. Arak arakan itu langsung menuju kebalai bimbang.
Gegap-gempita suara rakyat menyambut arakan yang istimewa itu. Seluruh rakyat mengelu-elukan Raden Cetang seolah-olah ia telah menjadi raja.
Melihat arakan yang serba lengkap itu, Raja Dewa tersenyum dan berkata, "Inilah orang yang saya nanti nantikan. Mudah-mudahan ialah yang akan terpilih menjadi raja pada Kerajaan Mojopahit.
Gegap-gempita suara rakyat menyambut arakan yang istimewa itu. Seluruh rakyat mengelu-elukan Raden Cetang seolah-olah ia telah menjadi raja.
Melihat arakan yang serba lengkap itu, Raja Dewa tersenyum dan berkata, "Inilah orang yang saya nanti nantikan. Mudah-mudahan ialah yang akan terpilih menjadi raja pada Kerajaan Mojopahit.
"Marilah ke hadapanku Nak! Jawablah nang-nang ini," kata Raja Dewa. Raja Dewa mengucapkan nang-nang yang pertama, yaitu menentukan ujung dan pangkal tongkat kayu.
Raden Cetang menyuruh orang membawa sebuah pasu besar berisi air. Tongkat kayu itu diletakkan kedalam pasu. Raden Cetang memegang ujung tongkat yang tenggelam ke dalam air sambil berkata, "Inilah pangkal batangnya dan ujung satu lagi adalah pucuknya".
Langsung ketika itu juga Raden Cetang dinobatkan menjadi raja Kerajaan Mojopahit. Ramailah sorak rakyat mengelu-ngelukan raja mereka yang baru. "Hidup raja baru! Selamat, panjang umur raja muda!!!".
Klik
Menuju Bag. 5
Raden Cetang menyuruh orang membawa sebuah pasu besar berisi air. Tongkat kayu itu diletakkan kedalam pasu. Raden Cetang memegang ujung tongkat yang tenggelam ke dalam air sambil berkata, "Inilah pangkal batangnya dan ujung satu lagi adalah pucuknya".
Nang-nang yang kedua, ialah menentukan jantan dan betina anak itik.
Raden Cetang mendekatkan anak itik tersebut ke pasu yang berisi air itu. Anak itik yang lebih dahulu masuk ke dalam pasu itu ditangkapnya dan berkata, "Inilah yang jantan".
Nang-nang yang ketiga, setelah diucapkan oleh Raja Dewa dijawab oleh Raden Cetang dengan fasih dan nyaring :
Raden Cetang mendekatkan anak itik tersebut ke pasu yang berisi air itu. Anak itik yang lebih dahulu masuk ke dalam pasu itu ditangkapnya dan berkata, "Inilah yang jantan".
Nang-nang yang ketiga, setelah diucapkan oleh Raja Dewa dijawab oleh Raden Cetang dengan fasih dan nyaring :
"Nang-nang si burung nangSetelah Raja Dewa membenarkan semua jawaban itu, bergemurulah bunyi sorak semua orang yang hadir sambil memuji-muji kecerdasan Raden Cetang.
Nang kusimpang samping jalan
Gertak kudo tiga retak
Aku ngen megong tanah Mojopahit
Mutus maras tanah Metaram".
Langsung ketika itu juga Raden Cetang dinobatkan menjadi raja Kerajaan Mojopahit. Ramailah sorak rakyat mengelu-ngelukan raja mereka yang baru. "Hidup raja baru! Selamat, panjang umur raja muda!!!".
Klik
Menuju Bag. 5
0 comments:
Post a Comment